Hoaks atau informasi palsu semakin marak di era digital ini. Tak hanya berdampak pada kebenaran informasi, hoaks juga dapat membahayakan kesehatan mental seseorang. Bahaya hoaks bagi kesehatan mental sangat perlu diwaspadai, karena informasi palsu dapat memicu stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Menurut pakar psikologi klinis, dr. Ananda, “Hoaks dapat menciptakan ketidakpastian dan kebingungan pada seseorang. Hal ini dapat memicu rasa takut dan kecemasan yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang.”
Masyarakat harus semakin hati-hati dalam menyebarkan informasi, terutama di media sosial. Sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center menemukan bahwa 64% orang dewasa Amerika Serikat mendapatkan berita palsu dari media sosial, dan 45% di antaranya mempercayainya. Hal ini menunjukkan betapa mudahnya hoaks menyebar dan berdampak pada kesehatan mental masyarakat.
Selain itu, hoaks juga dapat mempengaruhi pandangan dan sikap seseorang terhadap suatu hal. Misalnya, hoaks tentang vaksin dapat membuat seseorang ragu untuk melakukan imunisasi, padahal vaksinasi sangat penting untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya. Dr. Ratna, seorang dokter spesialis anak, menegaskan bahwa “Hoaks tentang vaksin dapat membahayakan kesehatan masyarakat secara luas. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.”
Untuk itu, penting bagi kita semua untuk lebih kritis dalam menyaring informasi yang kita terima. Sebelum membagikan suatu informasi, pastikan terlebih dahulu kebenarannya melalui sumber yang terpercaya. Jangan terburu-buru menyebarkan informasi tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.
Dengan semakin waspada terhadap hoaks, kita dapat melindungi kesehatan mental kita dan masyarakat secara luas. Ingatlah, informasi palsu tidak hanya merugikan secara intelektual, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan mental kita. Jadi, jangan lengah dan selalu berhati-hati dengan informasi yang kita terima dan sebarkan.